Sabtu, 14 Mei 2016

Sudut Ciputat Jakarta

Aku berusaha untuk membenamkan semua kebahagiaan semu ini, ditengah-tengah program pengayaan Bahasa di Uin Jakarta. Mengapa kukatakan semu? Karena kebahagiaan itu tidak abadi,kebahagiaan ibarat suatu perjalanan, yang mungkin sedang kulewati sekarang ini. Sebuah perjalanan membahagiakan dari apa yang sudah kudapatkan melalui kucuran keringat yang tak sedikit tumpahnya. Beasiswa LPDP adalah pelitaku selanjutnya setelah terdahulu  Beasiswa Bidik Misi menjadi pahlawan dan menyelamatkanku untuk studi lanjut di S1.

 Aku entah akan berkata apa ketika suatu hari akan  membeberkan semua kebahagiaan yang telah kudapatkan. Kubeberkan bukan berarti memamerkan, mungkin bagi setiap orang cara pandangnya berbeda-beda.  Namun harapan dan impian yang sudah capai ini kelak wajib kuceritakan kepada saudara-saudaraku yang membutuhkan.Impian adalah sebuah harapan yang membuat seseorang tetap hidup dengan semangat.

 Harapan itu selalu tumbuh dengan cinta Tuhan. Tuhan menjanjikan siapapun hambanya yang berjuang dengan sungguh-sungguh , maka iringan doa tersebut akan didengar olehNya ,  dan lambat laun Tuhan akan bosan dengan doa kita, sehingga tidak ada keputusan lain yang diberikan Tuhan selain mengabulkan keinginan kita.


Disudut Ciputat disela-sela gencarnya belajar bahasa International, ditemani lagu Michael Buble “Home” aku coba menyepakati apa kata Miss Yeni, menulislah apapun itu, karena tulisan adalah karya, dan hingga detik ini aku coba untuk kembali merangkai kata-kata ini. Rangkaian kata-kata yang bisa saja tanpa arti bagi sebagian orang. Namun dalam posisiku sekarang ini, tulisan ini menjadi penting karena disinilah sesungguhnya duniaku, menulis dan menulis. Menulis adalah salah satu cara mengingat kenangan sebab  tulisan tak  lekang oleh waktu yang menjadikan semua lebih bermakna. Karena tulisan adalah cara manusia menyampaikan suatu makna ketika jiwa raganya tak lagi ada didunia.  Salam dari sudut kota Jakarta!

Minggu, 13 Maret 2016

DERITANYA "BERUJUNG NIKMAT "SELEKSI ADMINISTRASI LPDP


Semenjak lulus tepatnya 29 Maret 2015, keinginan untuk bersegera melanjutkan S2 semakin menggebu-gebu. Mencari beasiswa adalah jalan satu-satunya agar saya tetap bisa berkuliah ke jenjang magister. Beasiswa yang sedang booming dan digandrungi saat ini adalah beasiswa LPDP.  Beasiswa ini  tidak diragukan lagi dari segi pembiayaan pendidikan  dan biaya hidup penerima beasiswa, saking banyaknya tunjangan yang diberikan kepada awardee “sebutan untuk penerima beasiswanya” tak terhitung plus-plusnya hingga akhirnya peminatnya semakin melimpah ruah!

Mendapatkan beasiswa tidak seperti membalikan telapak tangan, itu artinya tidak mudah. Oke mulailah saya menjadi pejuang beasiswa. Disela-sela menunggu wisuda saya  mempersiapkan semuanya, mulai dari pendaftaran akun LPDP, mengisi riwayat hidup, identitas diri ,pendidikan   dan riwayat organisasi yang pernah diikuti. Saran saya untuk yang mau ngisi hal-hal tersebut, bisa mempersiapkan semua serifikatnya agar mudah saat entri datanya. Setelah itu melengkapi syarat-syarat yang harus di upload! Banyak sekali syarat yang harus diupload, ada ijazah, transkrip nilai S1, surat keterangan sehat, surat keterangan bebas narkoba dan surat-surat lainnya , tak lupa tiga essai yang masing masing maksimal 500-700 kata, essay rencana studi, kontribusi untuk Indonesia dan sukses terbesar “semua essai harus asli buatan sendiri agar nanti pas seleksi wawancara tidak kaku” dan yang terakhir adalah Toefl.

Seleksi Batch 2 tahun 2015

Seleksi batch dua ini saya  coba daftar dan memaksakan diri untuk mengupload beberapa dokumen seperti yang saya ceritakan di paragraf sebelumnya. Semua serba tergesa-gesa, saya upload sembarangan dan memilih beasiswa pendidikan Indonesia “reguler”. Beasiswa pendidikan Indonesia adalah nama beasiswanya dan LPDP adalah nama lembaganya, tetapi karena banyak yang menyebutkan beasiswa LPDP akhirnya yang jauh dikenal adalah beasiswa LPDP. Bingung ya? Nah , begini ceritanya, LPDP itu dulu hanya ada jalur reguler yang syarat Toeflnya minimal 500 untuk dalam negeri dan minimal 550 untuk luar negeri. Saya memaksakan mengambil jalur reguler pada saat itu, padahal jelas-jelas toefl saya tidak sampai segitu, apalagi toefl yang diwajibkan adalah toefl ITP bukan toefl dari kampus “dikampus saya Universitas Negeri Surabaya namanya Tes Of English Proficiency atau TEP”. “ini adalah kenekatan pertama memaksakan diri mengupload sertifikat Toefl diganti  TEP ”.
Semua sudah terupload dan tanpa pikir panjang saya  submit. Hari pengumumanpun tiba, saya dan Meysa “teman yang ikut daftar juga,  pakai toefl kampus hanya saja toefl TEP dia diatas 500, sedangkan Saya, hah menyedihkan pokoknya! Alhasil saya harus menanggung kekecewaan, saya gagal di seleksi administrasi, haduh runtuhlah benteng hati hayati “eh maksudnya saya”. Oke ini adalah kegagalan awal di seleksi batch 2 tahun 2015. Sedangkan Meysa harus melenggang ke seleksi substansi , selamat untuk Meysa.

Seleksi batch 3 tahun 2015

Setelah saya gagal di seleksi pertama, saya kembali lagi menata beberapa tumpukan semangat yang sebelumnya runtuh dan porak poranda. Di batch ketiga tahun 2015  saya coba daftar lagi. Melalui jalur khusus bernama jalur afirmasi. Jadi kalau sebelumnya jalur reguler yang toeflnya minimal 500, sedangkan kalau afirmasi ini, sangat manusiawi sekali untuk saya, dengan toefl yang minimalnya hanya 400 TOEFL ITP.  Namun tentunya syarat yang tak kalah berat  adalah minimal IPK  3.50,  dan syukurlah saya memiliki IPK diatas itu jadi saya bisa daftar. Berasa angin segar di oase.

 Memang ada plus minusnya antara reguler dan afirmasi, karena direguler IPK cukup 3.00 tapi Toefl 500. Kalau kalian IPK tidak sampai 3.50, alhasil kalian hanya bisa daftar yang regular, sedangkan kalau kalian berasal dari daerah 3T , alumni Bidik Misi atau Prestasi, ber IPK diatas 3.50 sudah dipastikan kalian tertolong dengan hanya ITP 400 saja sudah bisa melenggang . Saya yang notebene alumni Bidik Misi dan Ber IPK 3.72 akhirnya bisa melenggang untuk daftar.

 Saya coba untuk upload ulang lagi dokumen-dokumen, diperbaiki semua, essai, dan upload beberapa syarat khusus yang hanya ada di Afirmasi. Ada penambahan slip gaji orang tua, rekening listrik dan lainnya yang hampir sama merujuk pada beasiswa Bidik Misi  saat saya S1 dulu. Lagi-lagi saya masih mencoba-coba ditahap seleksi ini. Saya terlalu tergesa-gesa dan tidak mempersiapkan matang-matang. Salah satunya adalah ketika saya memutuskan untuk tetap mengupload toefl TEP saya, yang jelas-jelas diperiode sebelumnya saya gagal.

Namun  saya berpedoman pada Meysa, salah satu teman saya yang bisa lolos administrasi dan menjadi awardee dengan Toefl  kampus yang lebih dari 500 itu. Mungkin pertimbanganya saat itu dia dibolehkan karena skornya juga tinggi. Sedangkan saya jelas-jelas minimal 500 kok ya Toefl 403 berani-beraninya upload, itu sama saja bunuh diri! Karena dasar itulah saya coba-coba lagi,yeay! Kan afirmasi toeflnya minimal 400, lha toefl kampusku ini kan 400 lebih dikit, semoga aja toefl kampus ini bisa ya! Akhirnya saya submit dan eng ing eng pas dihari pengumuman aku menanggung kekecewaan untuk kedua kalinya! Sekali lagi ini adalah pengalaman buruk yang dilakukan melalui jalur coba-coba dan menghalalkan segala cara, hasilnya juga bisa ditebak akhirnya lagi-lagi di periode ketiga gagal dan gagal lagi.

ITP oh ITP……

Setelah gagal dua kali, semangat saya mulai kendor, saya mulai lagi dengan aktifitas-aktifitas saya biasanya, mengajar, ngelesi dan aktifitas lainnya seperti berjualan online ini adalah cara saya untuk melupakan kekecewaan. Melupakan sejenak hingar bingar pengejaran beasiswa, dan fokus menata takdir lain yang mungkin lebih baik  untuk saya. Hingga disela-sela kesibukkan itu saya buka-buka social media, saat itu saya membuka Instagram. Betapa rasa iri saya sejenak timbul ketika ada postingan dari Meysa yang sedang mengikuti Pelatihan Bahasa di ITB, program yang dicanangkan oleh LPDP. Hati kembali bergetar, rasanya sungguh menyesal mengapa saya melihat foto itu. Sesalan ini bukan berarti saya benci atau tidak suka dengan keberhasilan teman saya. Namun kenapa saya tidak bisa, kenapa saya dulu tidak bersungguh-sungguh. Itu yang terbersit dari benak saya.  Penyesalan hanyalah penyesalan, apa yang saya tuai sekarang, memang karena saya terlalu meremehkan, syukuri saja. Namun saya tidak mau berhenti dalam keterpurukan, sayaharus memperbaiki dan mempersiapkan dengan matang.

Debbing dan Izha yang juga lolos LPDP, sudah akan mendapatkan jadwal Pelatihan Bahasa, kembali lagi saya akan ditinggal pula oleh kedua sahabat saya ini. Namun saya manfaatkan sebelum mereka berangkat. Beberapa kali menjelang mereka berangkat PB, saya rajin berlatih bahasa Inggris entah belajar mandiri atau belajar bersama mereka, dalam sebuah percakapanpun dikala sambil menyeruput kuah mie ayam bakso di ujung jalan raya gang 7. Tersampaikanlah petuah-petuah dari Izha yang menyampaikan untuk mengikuti tes ITP. Saat itu kami bertiga dengan Mba Ilma salah satu kakak kelas yang juga ingin mengejar LPDP. Mendapatkan Toefl ITP minimal 400 adalah salah satu kesepakatan hati saya untuk mengejar mimpi saya meraih beasiswa LPDP ini.

          Selama persiapan itu, saya tidak mau gagal lagi, dan saya harus mendapatkan Toefl ITP mimimal 400 .  itu adalah tekad saya. Saya tidak mau main-main lagi dan coba-coba seperti periode sebelumnya. Dalam mempersiapkan itu semua, saya harus merelakan periode empat. Karena memang saya belum memiliki sertifikat Toefl ITP, saya tidak mau lagi coba-coba yang ujung-ujungnya nanti akan menelan kekecewaan! Saya mulai menyusun strategi, untuk membeli beberapa buku  persiapan toefl di jalan semarang, saya ingat saat saya  harus ke pasar Blauran sendiri,dan untuk  pertama kalinya, dicuaca Surabaya yang sangat panas sekali. Menuju kampung Ilmu yang menyediakan berbagai buku, meskipun sempat tersesat namun akhirnya saya menemukan tempat itu. Beberapa buku Toefl dan TPA sudah saya beli, sebagai amunisi saya menjelang Tes ITP.

Suka duka, belajar mandiri materi Toefl benar-benar menjadikan pembelajaran hidup, saya yang notabene kurang suka dengan bahasa inggris, sangat terbebani sekali dengan keadaan ini. Apalagi setelah ditinggalkan oleh Debbing dan Izha yang mengikuti program pelatihan bahasa di UNPAD dan UNY saya harus benar-benar berjuang sendiri. Hingga akhirnya tibalah tes pertama yang akan dilaksanakan pada pertengahan bulan November. Saya mengikuti tes tersebut dengan seluruh tekad bulat, meskipun tetap tidak ada rasa siap. Dua minggu selanjutnya saya ambil tes tersebut dan betapa sedihnya saat itu, skorku masih di bawah 400,saya hanya mendapatkan 387, ya Allah cobaan datang lagi. Akhirnya aku putuskan untuk mendaftar lagi dihari itu dan tes di Bulan Desember. Sedangkan deadline penutupan periode satu tahun 2016 adalah tanggal 20 Januari. Tes dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2016 dan sertifikat baru bisa diambil dua minggu setelah tes. Saya tes dengan Vina yang tanpa sengaja ketemu dan Dhika mereka juga akan apply LPDP tetapi belum mendapatkan skor ITP yang pas. Tibalah saat saya mengambil hasil Toefl ITP, rasanya sudah tidak karu-karuan, apalagi setelah Dhika mengambil dan mendapatkan skor 400 lebih, makin deg degan. Apapun yang terjadi ini adalah jalan Allah yang diberikan untuk saya, kalaupun saya tidak mencapai batas minimal berarti itu adalah scenario yang terbaik untuk saya. Akhirnya…….. Alhamdulilah akhirnya mendapatkan skor press 407, syukur alhamdulilah, meskipun sangat rendah,minimal sudah bisa buat daftar dan apply beasiswa LPDP.

Periode 1 Tahun 2016

Yeay… akhirnya satu momok terselesaikan, dan mulailah perjuangan. Saatnya mengumpulkan dokumen dan memperbaiki semuanya. Di periode ini benar-benar semuanya saya cek dan teliti dengan baik. Dokumen-dokumen yang lumayan banyak, saya perbarui essai dan saya ganti beberapa dokumen yang sudah ekspired. Salah satunya yang cukup menantang adalah tes bebas narkoba, seumur-umur saya baru pertama kali tes tersebut dan ditengah-tengah waktu pelatihan “perumusan soal unas” saya agak nakal, saya memutuskan untuk ke Rumah Sakit Bakti Dharma Husada, yang kebetulan tidak ada 30 menit dari sekolah dimana saya ngajar, didaerah citraland. Semua sudah terupload, bukan berarti langsung saya submit, karena kalau telanjur submit bahaya, karena tidak bisa kita edit dan rubah lagi. Kali ini benar-benar saya teliti, saya ulangi satu persatu, saya baca lagi essainya dan saya cek sampai benar-benar yakin. Ketika sudah yakin akhirnya pada tanggal 14 Januari 2016, tepat kurang enam hari lagi menjelang penutupan saya submit dan bismillahirohmanirohim. Apapun itu saya kembalikan lagi ke Allah SWT. Apapun hasilnya pasti terbaik untuk saya.

Masa menunggunya sekitar dua mingguan karena pada tanggal 2 Februari akan diumumkan hasil seleksi administrasi. Tiba di hari pengumuman saya sudah tidak karuan, dari pagi sudah dilanda rasa yang berjuta-juta goncanganya melebihi apapun. Hanya bunyi-bunyian chatting WhatssApp dari Dhika, isinya hanya sebatas hiburan sembari berkeluh kesah karena deg degan. Pagi hingga siang tak kunjung ada email, hingga sorepun tidak ada email, sampai magrib pun tidak ada email. Rasa deg degan sudah mulai hilang dan hanya ada rasa pasrah, sembari makan malam dan obrolan-obrolan ringan bersama teman kerja, posisi sudah pukul 21.00 namun tak kunjung ada kabar pengumuman administrasi. Saat pulang dan sampai kost, layar ponsel menyala dan langsung saya cek, ada  email masuk dan seketika seluruh badan bergetar sembari membuka file yang cukup besar, saya download dan akhirnya saya buka  scroll ke nama-namaku dan ALHAMDULILAH ya ALLAH ini kuasamu, ada namaku disana, akhhirnya bisa lolos administrasi.

Dari pengalamanku ini bahwa benar adanya kalau Allah selalu bersama orang yang bersungguh-sungguh, kalau kita tidak sunguh-sungguh dan asal-asalan ya nasibnya seperti dua periode sebelumnya, gagal dan gagal. Namun kalau kita sungguh-sungguh Allah tidak akan menyianyiakan usaha kita, Allah selalu sayang dengan apa yang kita lakukan secara maksimal. Ini adalah cerita perjuangan menuju administrasi LPDP, berikutnya akan ada cerita tentang pengalaman Tes substansi yang berisi tes LGD, Essai dan Wawancara yang tidak kalah seru dan penuh perjuangan. Semoga sukses untuk kalian ya. Jangan lupa ditunggu komentarnya.

Senin, 29 Februari 2016

Berburu Waktu

Membiasakan diri dengan menulis dan mengakrabkan diri dengan menulis, selagi memang ada waktu senggang disela-sela menikmati lagu-lagu dari Seventeen. Siang-siang ini tepat tanggal 1Maret 2016. Ada beberapa kejadian yang sebenarnya tidak pantas untuk saya ceritakan, tetapi ada rasa ingin mengabadikan melalui tulisan agar tak hilang menguap begitu saja. Kejadian yang takkan saya lupakan  disela-sela perjuangan saya mengikuti beasiswa dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia yaitu LPDP. Versi secara keseluruhan dari awal perjuangan yaitu tahun 2015 hingga kini saat saya sedang genting-gentingnya menunggu pengumuman seleksi substansi. Pastinya saya tidak akan menceritakan sekarang  sebelum saya takdirkan untuk lolos sampai tahap Persiapan Pemberangkatan.
Oke begini ceritanya, awalnya saya menganggap sepele soal perijinan untuk keluar dari sekolah karena saya akan mengikuti seleksi substansi salah satu beasiswa bergengsi tahun ini. Saya terbilang Guru yang nyentrik, cuek dengan sekitar dan cenderung mengikuti alur yang memang sesuai hati dan keinginan saya. Sebagai seorang Guru saya hanya melakukan kegiatan yang biasa-biasa saja. Membiasakan murid-murid saya untuk membaca, menulis berbicara dan menyimak, karena memang itu tugas pokok Saya, oh iya satu lagu, yaitu menghukum siswa yang malas. Karena saya benci siswa yang malas. Itu tentang saya, sedngkan berikutnya Saya ceritakan pula  bahwa sekolah saya ini sangat special sekali, bahkan  berganti guru dalam hitungan hari, karena saking spesialnya kadang ada beberapa hal yang tidak dapat saya nalar! Pastinya sahabat sudah tahu bahwa makna special disini adalah  makna yang tidak sebenarnya.
Singkat ceritanya pada tanggal 24-25 Februari 2016 ini saya akan mengikuti seleksi LPDP, saya sudah mempersiapkan semuanya dari Lgd, Essay On The Spot Dan Persiapan Study Plan.  Saya tidak teliti bahwa dihari yang sama ada jadwal ujian praktik Bahasa Indonesia yaitu pidato. Alhasil karena  kebetulan jadwal seleksinya pukul 13.00 siang, jadi saya masih ada kesempatan untuk kesekolah dulu menguji uprak dan selanjutnya pukul  10.00 an saya bisa ijin. Itu adalah cara simple saya yang pertama.  Okay semua berjalan lancar, namun cara saya itu tidak direstui oleh sang Maha Skenario. Saya baru sadar bahwa ternyata kelas IX A saja yang jadwalnya pagi dari pukul 07.30- 09.30. sedangkan kelas IX B Jadwalnya pukul 13.00-14.30. Saya akhirnya kalang kabut, kebingungan setangah mati,  Saya mau ijin tapi takut  “karena kalau ijin pasti ditanyai, kan bapak ada nguji uprak?” saya mau jawab apa??
Kepanikan terjadi dan saya beranikan diri untuk mengambil kitir “benda berharga sejenis  kertas kecil yang sacral banget  khusus buat ijin-ijin keluar masuk sekolah”, jadi gini sahabat, disekolah yang saya ajar ini Guru dengan  Murid tidak ada bedanya, semuanya wajib mematuhi aturan sekolah, ya memang benar sih semua harus sesuai aturan. Tetapi kadang-kadang terlalu kelewatan huhh. Oke lupakan ya nanti panjang kalau saya ceritakn,  yang penting kitir sudah ditangan dan akhirnya saya menghampiri sang Kepala Sekolah yang sedang membariskan murid-muridnya untuk mengikuti uprak biologi. Pasang wajah memelas dan saya hampiri kepsek dan berkata “Bu saya mau ijin keluar”. Namun jawabanya tidak sesuai harapan,  “nanti saja ya Pak saya lagi Uprak”. Rontok semua tulang-tulang mendengar jawaban itu. Hayati sudah capek-capek acting pasang muka memelas! Lol :3
Saya sudah bingung kepalang tanggung, apalagi teman saya sudah Miss Call Hp saya berkali-kali dan Ia sudah menunggu saya di depan sekolah. Akhirnya tok tok tok tok, suara ketokan pintu Pak Satpam dan sembari berkata , “Pak Allan ada temanya menunggu di depan” oke fix tanpa pikir panjang saya jawab, oke Pak terimakasih.  Tas sudah saya gendong dan jaket sudah saya kenakan. Masalahnya adalah kitir yang  jadi kunci untuk bisa ijin belum ditandatangani kepsek, oh man, akhirnya setan masuk kea lam bawah sadar saya dan membisikan kata kata, yang akhrinya saya nekad saya tanda tangani sendiri dah  huh. “ ini jangan ditiru ya? The power of kefefet” ini adalah kali pertama saya, sungguh berdebar-debar rasanya.
Oke fix akhirnya saya berangkat sambil lari-larian, takut dikejar satpam, dan amanlah saya menuju ke Gedung Keuangan Negara untuk mengikuti seleksi Substansi LPDP. Alhamdulilah, akhirnya bisa melewati serangkaian seleksi dihari pertama “full version mungkin akan saya tulis ya mengenai perjalanan meraih beasiswa LPDP setelah tanggal 10 Maret tentunya”.
Sepulang dari tes dihari pertama, saya sempatkan membaca beberapa pesan Line yang  memang seharian sengaja saya abaikan agar tidak merusak mood saya. Dan dipesan itu tertulis yang menyatakan bahwa saya “Kabur dari sekolah dan tidak bertanggung jawab”. Tetapi lagi-lagi saya sangat mencintai murid saya, mereka membela saya mati-matian, padahal memang itu saya yang salah.  Melalui hal itulah  saya sadar bahwa murid-murid saya  sangat peduli bahkan mereka sampai melawan Kepala Sekolah dan beberapa Guru lainya.  
Melalui kejadian itu bisa diambil kesimpulan bahwa kita sebagai manusia hanya bisa berencana, lantas eksekusinya tetap hak Nya yang berhak membolak balikan skenario. Melalui kejadian itulah sang Maha membolak balikan hati memperlihatkan rasa kasih sayang murid saya yang tampak nyata sampai dan mengena dihati saya!

Ini nih jadwal seleksi LPDP tahun ini. Saya ambil dari lpdp.depkeu,go.id Simpan baik-baik ya!

Selasa, 09 Februari 2016

Membuka Skenario

 Yah……. itung-itung sebagai ajang meluapkan isi hati yang perlahan tak tertampung meluberi dinding demi dinding hari! Sebuah alasan klasik bukan karena disibukkan oleh ruitinitas melainkan  setelah sekian lama kepincangan melanda saya. Jadi saya putuskan untuk menulis. Saya ingat tulisan murid saya yang bernama Yancen Ong, kalau buat sapaan jangan yang mainstream, pasaran , basi atau kedaluarsa! Makanya saya akan mulai sapaan saya dengan, sebuah pertanyaan. Mengapa dengan sebuah pertanyaan? Iya, karena Blogg ini pasti akan dibaca oleh sebagian murid saya yang "makin rajin", pertanyaan ke 1. Apakah kalian menyerah mengikuti pelajaran saya? 2. Apakah saya terlalu membinasakan kalian? dan yang terakhir 3.Apakah kalian menginginkan Guru yang tidak pernah memberi tugas, membiarkan kalian begitu saja dan tiba-tiba kalian dapat nilai sempurna? Silakan renungkan!

          Oke segera berganti topik ya, pertanyaan yang saya utarakan tadi hanyalah sapaan semata, tidak ada maksud mengintimidasi kepada pihak tertentu, kecuali kalau memang terasa diintimidasi, itu salah hati anda dan segera dirujuk ke RS Menur sebelum terlambat! lets cekidot. Terhitung semenjak semester lima yang membelenggu saya, aktifitas blogging saya mandek total, iya……. mandek total, khususnya yang pernah kuliah pasti taulah apa penderitaan menjelang detik-detik kelulusan! (bukan pembelaan lho ya) Ingat tidak? Wahai kau para pejuang skripsi? Hingga ada quotes Tuhan Bersama Mahasiswa Tingkat Akhir! haha sorry bung, mengingatkan kalian yang mungkin sampai detik ini masih menjalani aktifitas yang membuat umur kalian 5 tahun terlihat lebih tua “akibat stress revisian”. Ampuni saya ya kawan! Selamat berjuang demi gordon vampir dan topi toga!


Hmmm……. Tapi bagi saya kenangan itu merupakan eksperimen hidup yang tak lekang oleh waktu, pengalaman sekali seumur hidup yang dapat saya ceritakan untuk anak cucu kelak. Begini kurang lebih ceritanya.  Dihadapkan dengan waktu  24 jam yang menurut saya sangat kurang apalagi belenggunya benar-benar melekat erat. Akhirnya saya benar-benar terjerat! Meski di sela sela sembilu saya  bisa bernyanyi “Skripsi pasti berlalu”. lagu ini 100 % hanya untuk menyemangati saya ketika benar-benar buntu menghadiri . Tapi faktanya gak tambah semangat, tetapi tambah ketakutan dikejar-kejar deadline! Bagaimana tidak?? Oke sedikit mereview ya, lumayanlah buat ngisi waktu luang saya, meskipun koreksian UH satu sedang menanti-nanti untuk dijamah, meskipun tagihan soal-soal Ujian Sekolah nangkring ditelinga. Saya abaikan dan saya turuti keinginan Billy Anderson, sebagai pertanggungjawaban saya karena tempoh hari saya di landa nestapa yang mengakibatkan dua lubang hidung saya mampat dan tidak berjalan dengan baik karena mengganggu pernapasan saya (baca: tidak terlalu penting, intinya saya sakit flu atau pilek, kok yo cerito ngalor ngidul ) dia sosok laki-laki 11 IPA yang sedang mencari jati diri, ngomel sana-sini dan ternyata cerewetnya melebihi Mak Mi (baca: sebutan untuk seseorang yang melegenda di sekolah yang saya ajar)!

Oke saya lanjutkan lagi ya, lupakan soal Billy. Perjuangan skripsi saya mulai dari bulan September 2014 , hmm…. memang benar skripsi tidak ada senang-senangnya sama sekali! Hampir setiap hari dari magrib hingga pukul 03.00 pagi, bahkan lebih,  layar laptop menjadi pemandangan yang  mendadak saya pelototin sampai bosan. “mungkin yang bosan adalah laptopnya dengan saya”. Iya begitulah kira-kira!

 Di balkon lantai 3 kampus nyekripsi, di perpustakaan nyekripsi, di joglo kampus nyekripsi, di Indomaret point gwalk nyekripsi, di gourmand nyerkripsi, di MCD nyekripsi, bahkan di kostan ehemmm juga nyekripsi, kalau bisa sambil poop juga nyekripsi, “Oh tidaaaak!!!!!”apalagi kalau dikamar sudah pasti start magrib sampai shubuh Nyekriiiiiiiiiiiiiipsiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii. Sampai-sampai mendadak dongkol dan sensitif kalau ada yang tiba-tiba, saat lagi enak makan dikantin, ceritanya lagi referesing sejenak dari kesibukkan skripsi, eh kenapa mendadak terdengar ditelinga saya, ada yang memesan makanan ke Ibu kantin “ Buk pesan nasi goreng sama ayam Krispi ya buk” sontak Aaaapaaaa? Ayam Skripsi? Haduh baper lagi akhirnya. Parah banget pokoknya saat itu. Gak bisa bedain antara KRISPI dengan SKRIPSI. Ingat Lan  Krispi Bukan Skripsi!. Benar-benar enggan mendengar  tujuh huruf tersebut! Hmmm ini awal menjelang kegilaan saya! Iya ini benar-benar sindrome skripsi!

Hingga akhrinya singkat cerita penderitaan saya berakhir  pada 29, Maret 2015 di DBL Arena, tempat wisuda yang  yang sering digunakan untuk ajang basket, badminton bahkan konser pacar saya akhir-akhir ini yaitu Raisa. No protes ya mengenai kalimat terakhir!

Stop, bukan tempat wisudanya yang akan saya ceritakan, melainkan prosesinya yang sangat mengharu biru, Gordon hitam ala-ala vampir dan toga dengan tali yang menghalangi pandangan! Butuh proses panjang, ujung-ujungnya hanya mindahin tali toga! Gimana gak nyesek, 3,5tahun belajar S1, hanya untuk mindahi tali toga aja!!

 Gelar S.Pd melekat pada saya akhirnya! Sarjana Penuh Derita, hehe. Stop bukan itu maksdunya, S.Pd adalah Sarjana  Pendidikan. Keren ya? Haha, berlebihan kau Lan. Tidak-tidak, itu biasa saja. Hal yang keren adalah proses untuk mendapatkannya, tidak hanya air mata saja tetapi tenaga, dahaga dan cinta juga turut serta didalam prosesnya!

Di kepingan skenario berikutnya, gelar tersebutlah yang akhirnya memberikan kesempatan kepada saya untuk mengabdi didunia Pendidikan, dan menjadi Guru! Serius ini jadi Guru? Yakin ini jadi Guru? Rasanya baru saja kemarin sore dihukum lari lapangan! Iya bahkan ngos ngosannya masih kerasa sampai sekarang! Aslinya saya tidak terima dengan hukuman itu. Dengan berbagai argumen saya beralasan namun hasilnya nihil!

“Rambut saya itu kan kalau kena sinar matahari kelihatan coklat, kok dikira di cat! Masa saya  protes dengan Ibu saya,kenapa ngelahirin saya berambut coklat! “

“Akhirnya saya harus mengakui  peraturan pertama adalah  guru tak pernah salah, peraturan kedua adalah jika guru salah maka kembali ke peraturan pertama” ini peraturan macam apa? Kenapa nenek moyang jaman dulu menyepakatinya ya? entahlah!

Tetapi peraturan tetaplah peraturan! Sekali melanggar ya,tamatlah riwayat kita. Meski begitu , ini  saran saya sih ya!. Tidak harus selalu mengalah sebenarnya! Kalau memang kita benar dan kita punya alasan yang kuat, wajib kita perjuangin men! Guru itu bukan maha benar men, yang maha benar itu hanya Tuhan. Ingat pesan ini ya, tapi bukan berarti kalian-kalian terus tidak menghormatinya. Apapun yang terjadi, Guru juga manusia, (baca: bukan pembelaan), ketika Guru kalian salah, kalian juga berkewajiban untuk mengingatkanya dengan santun! Ibarat api dilawan air, kan haslinya padam dan adem tuh!

 Bercerita tentang sosok Guru tak akan  habisnya dan saya harus menerima kenyataan bahwa saya menjadi Guru! Ingat Lan “Kamu Guru”. Guru itu di Gugu Lan Ditiru artinya, dituruti dan di ikuti, bukan yang lain. Jadi perlu evaluasi diri agar tetap memberikan amunisi positif kepada murid-muridmu. Apapun yang kamu ajarkan nanti akan menjadi amalan sepanjang masa yang dipertanggungjawabkan kepada Tuhan “eh eh jadi jadi ingat kata-kata Guru yang melegenda di sekolah saya”!

Melalui itu juga saya belajar, belajar banyak hal yang mengantarkan saya menjadi pakar!  Iya….. belajar menghadapi siswa-siswi saya yang nyinyir ketika diberi tugas! Menghadapi bullying yang menghujam tak kunjung padam, tetapi saya hanya diam penuh senyuman menawan! Belajar memaki dengan nurani, membanjiri mereka dengan kata-kata  penuh intuisi , kepada siswa-siswi yang teledor dan menggampangkan tugas-tugas ini. Selamat menikmati masa-masa ini, meniti masa depan, rajut dengan teliti dan hadapi dengan hati-hati.