Semenjak lulus tepatnya 29 Maret
2015, keinginan untuk bersegera melanjutkan S2 semakin menggebu-gebu. Mencari
beasiswa adalah jalan satu-satunya agar saya tetap bisa berkuliah ke jenjang
magister. Beasiswa yang sedang booming dan digandrungi saat ini adalah beasiswa
LPDP. Beasiswa ini tidak diragukan
lagi dari segi pembiayaan pendidikan dan
biaya hidup penerima beasiswa, saking banyaknya tunjangan yang diberikan kepada
awardee “sebutan untuk penerima beasiswanya” tak terhitung plus-plusnya hingga
akhirnya peminatnya semakin melimpah ruah!
Mendapatkan beasiswa tidak seperti
membalikan telapak tangan, itu artinya tidak mudah. Oke mulailah saya menjadi
pejuang beasiswa. Disela-sela menunggu wisuda saya mempersiapkan semuanya, mulai dari pendaftaran
akun LPDP, mengisi riwayat hidup, identitas diri ,pendidikan dan
riwayat organisasi yang pernah diikuti. Saran saya untuk yang mau ngisi hal-hal
tersebut, bisa mempersiapkan semua serifikatnya agar mudah saat entri datanya.
Setelah itu melengkapi syarat-syarat yang harus di upload! Banyak sekali syarat
yang harus diupload, ada ijazah, transkrip nilai S1, surat keterangan sehat,
surat keterangan bebas narkoba dan surat-surat lainnya , tak lupa tiga essai
yang masing masing maksimal 500-700 kata, essay rencana studi, kontribusi untuk
Indonesia dan sukses terbesar “semua essai harus asli buatan sendiri agar nanti
pas seleksi wawancara tidak kaku” dan yang terakhir adalah Toefl.
Seleksi Batch 2 tahun 2015
Seleksi batch dua ini saya coba daftar dan memaksakan diri untuk
mengupload beberapa dokumen seperti yang saya ceritakan di paragraf sebelumnya.
Semua serba tergesa-gesa, saya upload sembarangan dan memilih beasiswa
pendidikan Indonesia “reguler”. Beasiswa pendidikan Indonesia adalah nama
beasiswanya dan LPDP adalah nama lembaganya, tetapi karena banyak yang
menyebutkan beasiswa LPDP akhirnya yang jauh dikenal adalah beasiswa LPDP. Bingung
ya? Nah , begini ceritanya, LPDP itu dulu hanya ada jalur reguler yang syarat
Toeflnya minimal 500 untuk dalam negeri dan minimal 550 untuk luar negeri. Saya
memaksakan mengambil jalur reguler pada saat itu, padahal jelas-jelas toefl
saya tidak sampai segitu, apalagi toefl yang diwajibkan adalah toefl ITP bukan
toefl dari kampus “dikampus saya Universitas Negeri Surabaya namanya Tes Of
English Proficiency atau TEP”. “ini adalah kenekatan pertama memaksakan diri
mengupload sertifikat Toefl diganti TEP ”.
Semua sudah terupload dan tanpa pikir
panjang saya submit. Hari pengumumanpun
tiba, saya dan Meysa “teman yang ikut daftar juga, pakai toefl kampus hanya saja toefl TEP dia
diatas 500, sedangkan Saya, hah menyedihkan pokoknya! Alhasil saya harus
menanggung kekecewaan, saya gagal di seleksi administrasi, haduh runtuhlah
benteng hati hayati “eh maksudnya saya”. Oke ini adalah kegagalan awal di
seleksi batch 2 tahun 2015. Sedangkan Meysa harus melenggang ke seleksi
substansi , selamat untuk Meysa.
Seleksi batch 3 tahun 2015
Setelah saya gagal di seleksi
pertama, saya kembali lagi menata beberapa tumpukan semangat yang sebelumnya
runtuh dan porak poranda. Di batch ketiga tahun 2015 saya coba daftar lagi. Melalui jalur khusus
bernama jalur afirmasi. Jadi kalau sebelumnya jalur reguler yang toeflnya
minimal 500, sedangkan kalau afirmasi ini, sangat manusiawi sekali untuk saya,
dengan toefl yang minimalnya hanya 400 TOEFL ITP. Namun tentunya syarat yang tak kalah berat adalah minimal IPK 3.50, dan syukurlah saya memiliki IPK diatas itu
jadi saya bisa daftar. Berasa angin segar di oase.
Memang ada plus minusnya antara reguler dan
afirmasi, karena direguler IPK cukup 3.00 tapi Toefl 500. Kalau kalian IPK
tidak sampai 3.50, alhasil kalian hanya bisa daftar yang regular, sedangkan
kalau kalian berasal dari daerah 3T , alumni Bidik Misi atau Prestasi, ber IPK
diatas 3.50 sudah dipastikan kalian tertolong dengan hanya ITP 400 saja sudah
bisa melenggang . Saya yang notebene alumni Bidik Misi dan Ber IPK 3.72
akhirnya bisa melenggang untuk daftar.
Saya coba untuk upload ulang lagi dokumen-dokumen,
diperbaiki semua, essai, dan upload beberapa syarat khusus yang hanya ada di
Afirmasi. Ada penambahan slip gaji orang tua, rekening listrik dan lainnya yang
hampir sama merujuk pada beasiswa Bidik Misi saat saya S1 dulu. Lagi-lagi saya masih mencoba-coba
ditahap seleksi ini. Saya terlalu tergesa-gesa dan tidak mempersiapkan
matang-matang. Salah satunya adalah ketika saya memutuskan untuk tetap
mengupload toefl TEP saya, yang jelas-jelas diperiode sebelumnya saya gagal.
Namun saya berpedoman pada Meysa, salah satu teman
saya yang bisa lolos administrasi dan menjadi awardee dengan Toefl kampus yang lebih dari 500 itu. Mungkin
pertimbanganya saat itu dia dibolehkan karena skornya juga tinggi. Sedangkan
saya jelas-jelas minimal 500 kok ya Toefl 403 berani-beraninya upload, itu sama
saja bunuh diri! Karena dasar itulah saya coba-coba lagi,yeay! Kan afirmasi
toeflnya minimal 400, lha toefl kampusku ini kan 400 lebih dikit, semoga aja
toefl kampus ini bisa ya! Akhirnya saya submit dan eng ing eng pas dihari
pengumuman aku menanggung kekecewaan untuk kedua kalinya! Sekali lagi ini
adalah pengalaman buruk yang dilakukan melalui jalur coba-coba dan menghalalkan
segala cara, hasilnya juga bisa ditebak akhirnya lagi-lagi di periode ketiga
gagal dan gagal lagi.
ITP oh ITP……
Setelah gagal dua kali, semangat
saya mulai kendor, saya mulai lagi dengan aktifitas-aktifitas saya biasanya,
mengajar, ngelesi dan aktifitas lainnya seperti berjualan online ini adalah
cara saya untuk melupakan kekecewaan. Melupakan sejenak hingar bingar
pengejaran beasiswa, dan fokus menata takdir lain yang mungkin lebih baik untuk saya. Hingga disela-sela kesibukkan itu
saya buka-buka social media, saat itu saya membuka Instagram. Betapa rasa iri
saya sejenak timbul ketika ada postingan dari Meysa yang sedang mengikuti
Pelatihan Bahasa di ITB, program yang dicanangkan oleh LPDP. Hati kembali
bergetar, rasanya sungguh menyesal mengapa saya melihat foto itu. Sesalan ini
bukan berarti saya benci atau tidak suka dengan keberhasilan teman saya. Namun
kenapa saya tidak bisa, kenapa saya dulu tidak bersungguh-sungguh. Itu yang
terbersit dari benak saya. Penyesalan
hanyalah penyesalan, apa yang saya tuai sekarang, memang karena saya terlalu
meremehkan, syukuri saja. Namun saya tidak mau berhenti dalam keterpurukan,
sayaharus memperbaiki dan mempersiapkan dengan matang.
Debbing dan Izha yang juga lolos
LPDP, sudah akan mendapatkan jadwal Pelatihan Bahasa, kembali lagi saya akan
ditinggal pula oleh kedua sahabat saya ini. Namun saya manfaatkan sebelum
mereka berangkat. Beberapa kali menjelang mereka berangkat PB, saya rajin
berlatih bahasa Inggris entah belajar mandiri atau belajar bersama mereka,
dalam sebuah percakapanpun dikala sambil menyeruput kuah mie ayam bakso di
ujung jalan raya gang 7. Tersampaikanlah petuah-petuah dari Izha yang
menyampaikan untuk mengikuti tes ITP. Saat itu kami bertiga dengan Mba Ilma
salah satu kakak kelas yang juga ingin mengejar LPDP. Mendapatkan Toefl ITP
minimal 400 adalah salah satu kesepakatan hati saya untuk mengejar mimpi saya
meraih beasiswa LPDP ini.
Selama persiapan itu, saya tidak mau
gagal lagi, dan saya harus mendapatkan Toefl ITP mimimal 400 . itu adalah tekad saya. Saya tidak mau
main-main lagi dan coba-coba seperti periode sebelumnya. Dalam mempersiapkan
itu semua, saya harus merelakan periode empat. Karena memang saya belum
memiliki sertifikat Toefl ITP, saya tidak mau lagi coba-coba yang
ujung-ujungnya nanti akan menelan kekecewaan! Saya mulai menyusun strategi,
untuk membeli beberapa buku persiapan
toefl di jalan semarang, saya ingat saat saya harus ke pasar Blauran sendiri,dan untuk pertama kalinya, dicuaca Surabaya yang sangat
panas sekali. Menuju kampung Ilmu yang menyediakan berbagai buku, meskipun
sempat tersesat namun akhirnya saya menemukan tempat itu. Beberapa buku Toefl
dan TPA sudah saya beli, sebagai amunisi saya menjelang Tes ITP.
Suka duka, belajar mandiri materi
Toefl benar-benar menjadikan pembelajaran hidup, saya yang notabene kurang suka
dengan bahasa inggris, sangat terbebani sekali dengan keadaan ini. Apalagi setelah
ditinggalkan oleh Debbing dan Izha yang mengikuti program pelatihan bahasa di
UNPAD dan UNY saya harus benar-benar berjuang sendiri. Hingga akhirnya tibalah
tes pertama yang akan dilaksanakan pada pertengahan bulan November. Saya
mengikuti tes tersebut dengan seluruh tekad bulat, meskipun tetap tidak ada
rasa siap. Dua minggu selanjutnya saya ambil tes tersebut dan betapa sedihnya
saat itu, skorku masih di bawah 400,saya hanya mendapatkan 387, ya Allah cobaan
datang lagi. Akhirnya aku putuskan untuk mendaftar lagi dihari itu dan tes di
Bulan Desember. Sedangkan deadline penutupan periode satu tahun 2016 adalah
tanggal 20 Januari. Tes dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2016 dan
sertifikat baru bisa diambil dua minggu setelah tes. Saya tes dengan Vina yang
tanpa sengaja ketemu dan Dhika mereka juga akan apply LPDP tetapi belum
mendapatkan skor ITP yang pas. Tibalah saat saya mengambil hasil Toefl ITP,
rasanya sudah tidak karu-karuan, apalagi setelah Dhika mengambil dan
mendapatkan skor 400 lebih, makin deg degan. Apapun yang terjadi ini adalah
jalan Allah yang diberikan untuk saya, kalaupun saya tidak mencapai batas
minimal berarti itu adalah scenario yang terbaik untuk saya. Akhirnya……..
Alhamdulilah akhirnya mendapatkan skor press 407, syukur alhamdulilah, meskipun
sangat rendah,minimal sudah bisa buat daftar dan apply beasiswa LPDP.
Periode 1 Tahun 2016
Yeay… akhirnya satu momok
terselesaikan, dan mulailah perjuangan. Saatnya mengumpulkan dokumen dan memperbaiki
semuanya. Di periode ini benar-benar semuanya saya cek dan teliti dengan baik.
Dokumen-dokumen yang lumayan banyak, saya perbarui essai dan saya ganti
beberapa dokumen yang sudah ekspired. Salah satunya yang cukup menantang adalah
tes bebas narkoba, seumur-umur saya baru pertama kali tes tersebut dan
ditengah-tengah waktu pelatihan “perumusan soal unas” saya agak nakal, saya
memutuskan untuk ke Rumah Sakit Bakti Dharma Husada, yang kebetulan tidak ada
30 menit dari sekolah dimana saya ngajar, didaerah citraland. Semua sudah
terupload, bukan berarti langsung saya submit, karena kalau telanjur submit
bahaya, karena tidak bisa kita edit dan rubah lagi. Kali ini benar-benar saya
teliti, saya ulangi satu persatu, saya baca lagi essainya dan saya cek sampai benar-benar
yakin. Ketika sudah yakin akhirnya pada tanggal 14 Januari 2016, tepat kurang
enam hari lagi menjelang penutupan saya submit dan bismillahirohmanirohim.
Apapun itu saya kembalikan lagi ke Allah SWT. Apapun hasilnya pasti terbaik
untuk saya.
Masa menunggunya sekitar dua
mingguan karena pada tanggal 2 Februari akan diumumkan hasil seleksi
administrasi. Tiba di hari pengumuman saya sudah tidak karuan, dari pagi sudah
dilanda rasa yang berjuta-juta goncanganya melebihi apapun. Hanya bunyi-bunyian
chatting WhatssApp dari Dhika, isinya hanya sebatas hiburan sembari berkeluh
kesah karena deg degan. Pagi hingga siang tak kunjung ada email, hingga sorepun
tidak ada email, sampai magrib pun tidak ada email. Rasa deg degan sudah mulai
hilang dan hanya ada rasa pasrah, sembari makan malam dan obrolan-obrolan
ringan bersama teman kerja, posisi sudah pukul 21.00 namun tak kunjung ada
kabar pengumuman administrasi. Saat pulang dan sampai kost, layar ponsel
menyala dan langsung saya cek, ada email
masuk dan seketika seluruh badan bergetar sembari membuka file yang cukup
besar, saya download dan akhirnya saya buka
scroll ke nama-namaku dan ALHAMDULILAH ya ALLAH ini kuasamu, ada namaku
disana, akhhirnya bisa lolos administrasi.
Dari pengalamanku ini bahwa benar adanya
kalau Allah selalu bersama orang yang bersungguh-sungguh, kalau kita tidak
sunguh-sungguh dan asal-asalan ya nasibnya seperti dua periode sebelumnya,
gagal dan gagal. Namun kalau kita sungguh-sungguh Allah tidak akan
menyianyiakan usaha kita, Allah selalu sayang dengan apa yang kita lakukan
secara maksimal. Ini adalah cerita perjuangan menuju administrasi LPDP,
berikutnya akan ada cerita tentang pengalaman Tes substansi yang berisi tes
LGD, Essai dan Wawancara yang tidak kalah seru dan penuh perjuangan. Semoga
sukses untuk kalian ya. Jangan lupa ditunggu komentarnya.